Climb To Mount Batur
Helo My Friends wellcome to my first blog
Perkenalkan nama saya Kadek Satriya Krisna Diva ,nah disini saya akan menceritakan pengalaman saya saat mendaki di gunung batur. Sebelum saya menceritakan pengalaman saya disini saya akan menjelaskan dulu gunung batur ya
Perkenalkan nama saya Kadek Satriya Krisna Diva ,nah disini saya akan menceritakan pengalaman saya saat mendaki di gunung batur. Sebelum saya menceritakan pengalaman saya disini saya akan menjelaskan dulu gunung batur ya
Gunung Batur terletak di Kintamani, Bangli, Bali dan menjadi salah satu tempat wisata yang ramai dikunjungi wisatawan.
Di wilayah Gunung Batur juga ada danau dengan nama yang sama yaitu Danau Batur yang terletak di area tinggi, yaitu 1.050 mdpl dengan luas 16 km persegi dengan kedalaman rata-rata 50,8 km.
Nah sekarang saya akan meneritakan pengalaman saya di gunung batur
“The best view comes after the hardest climb”. Begitu kata petikan terkenal yang sering kita dengar. Susahnya pendakian yang kita jalani sepadan dengan pemandangan yang bakal kita lihat. Teman-teman pasti sudah sering mendengarnya. Petikan itu saya ucapkan kala mendaki Gunung Batur beberapa waktu lalu
Capeknya trekking mendaki Gunung Batur ini dari subuh terbayar dengan pemandangan yang tersaji. Semua mata terlihat bahagia kala mentari pagi mengintip di ufuk timur. Begitu pun saya, rasanya pengen nangis saja. Tak apalah dibilang lebay hahaha.
Tengah malam, persis pukul 12, kami sudah meluncur menuju Kintamani dengan dua sepeda motor. Iya, udara mulai dingin dan tambah dingin lagi saat melewati Tampak Siring. Hampir dua jam perjalanan kami belum berhenti selain saat fahmi memasang tambahan jaket sementara saya memutar tas ransel saya ke depan supaya tak terlalu dingin.
Setengah tiga pagi kami sudah tiba di area parkir. Akhirnya bisa meregangkan otot pinggang sehabis motoran selama 2.5 jam. Sepertinya baru kami pendaki yang datang. Belum terlihat para pendaki lain. Kami beristirahat disebuah warung yang masih buka diseberang parkiran sambil menunggu pendaki lain. Rencananya kami mengekor dibelakang mereka.
Sebenarnya trek pendakian Gunung Batur ini ga susah-susah amat. Meski begitu buat saya ini termasuk sulit apalagi dengan pola hidup yang kurang sehat selama ini. Pura sebagai awal pendakian ke puncak belum terlihat saja saya sudah ngos-ngosan, Berkali-kali berhenti untuk istirata dan mengatur langkah lagi.
Setiba di pura kepala sudah pusing, saya butuh beristirahat lebih lama hingga hampir menyerah. Saya bilang ke teman-teman untuk meninggalkan saya, “Kalian naiklah, aku nunggu disini”. Saya galau lagi sambil melihat kedua teman saya hilang perlahan digelapnya pagi.
30 menit berikutnya, saya putuskan untuk naik hahaha. Galau banget emang. Kapan lagi, bukan? Udah keburu sampai disini, sayang kalau ga dilanjutkan. Akhirnya saya naik pelan-pelan, sendirian tanpa ada kedua teman mengapit saya. Waktu itu saya ditemani seekor anjing Kintamani yang saya kenali karena saya sempat membagi roti saat beristirahat di warung tad. Sebentar-sebentar berhenti. Si anjing juga ikutan berhenti. Entah sudah berapa banyak rombongan yang melewati saya.
Saya terus berpikiran positif, hingga akhirnya tiba di post pertama puncak Gunung Batur. Rasanya luar biasanya banget bisa sampai disini (rada lebay sihhaha). Kedua teman saya pun sedang duduk beristirahat. Mereka mengajak saya untuk melanjutkan pendakian ke puncak Gunung Batur. Saya menolak melanjutkan pendakian dan menunggu pemandangan sunrise di pos ini saja.
Menjelang matahari terbit, rombongan pendaki semakin banyak berkumpul di pos ini. Sebagian sudah duduk manis dipinggir tebing mengambil spotnya masing-masing sambil beristirahat.
Matahari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya muncul mengintip perlahan dari balik gunung. Tak sedikit pendaki yang memuji pemandangan yang didapatnya waktu itu. Pun demikian dengan saya. Sambil mengambil beberapa foto dari sudut-sudut berbeda. Saya mengagumi indahnya pemandangan sunrise Gunung Batur ini sampai ingin menangis saja (iya rada lebay haha).
Hari sudah menjelang siang, suasana post di puncak sudah semakin sepi. Panas matahari pun sudah mulai menyengat. Turun pun bukan perkara mudah. Perlahan kami turun meninggalkan post. Begitu melewati pura, jalan yang kami lalui adalah jalan beraspal yang lebih mudah. Biasanya jalur ini akan dilewati sehabis turun dari puncak. Sambil turun, kita masih bisa menikmati pemandangan lain seperti melihat aktivitas masyarakat setempat yang berladang.
Gunung batur itu yang di batur ya?
BalasHapusKeren sekalii
BalasHapusBagus sekalii
BalasHapusMantap
BalasHapusSalam nunceb
BalasHapusGuudd
BalasHapusMantaffff
BalasHapusKeren
BalasHapusMantapp
BalasHapusKeren kak
BalasHapusNarsis banget ya sampe pake foto sendiri :v
BalasHapus